Iklan

Tuesday, October 21, 2025, October 21, 2025 WIB
Last Updated 2025-10-22T03:57:06Z
DaerahEntertainmenTrendinTrending

Wakil Ketua DPRD PALI Firdaus Hasbullah, Berikan Empat Point Penting Dalam Peringatan Hari Santri Nasional

 


PALI,retromedia.id- Indonesia memperingati Hari Santri setiap 22 Oktober, yang merupakan bentuk apresiasi terhadap para ulama dan santri terhadap negara. Tahun ini, Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan tema Hari Santri 2025 adalah "Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia."


Moment hari Santri ini banyak di apresiasi oleh semua pihak yaitu Pemerintah, kalangan tokoh agama, tokoh masyarakat dan Wakil Ketua DPRD PALI Firdaus Hasbullah, S.H.,M.H.,ia juga turut memberikan apresiasi dan menyuarakan atas kebangkitan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2025


Firdaus menegaskan bahwa Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan panggilan moral untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur para pendahulu bangsa Indonesia.


“Hari Santri adalah panggilan suci untuk menghidupkan nilai keikhlasan, keilmuan, akhlak mulia, dan cinta tanah air, dan bhineka tunggal ika.” ujar Firdaus dalam pernyataannya, Rabu (22/10/2025).


Politisi Partai Demokrat itu juga mengingatkan bahwa sejarah mencatat peran besar santri dalam perjuangan kemerdekaan, melalui Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy’ari.


“Dari santri lahir semangat mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Maka tugas kita hari ini adalah melanjutkan semangat itu dalam bentuk yang relevan dengan zaman,” tegasnya.


Tahun ini, Hari Santri mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia.” Tema ini, menurut Firdaus, menjadi momentum bagi santri untuk tidak hanya menjaga kemerdekaan, tetapi juga berperan aktif membangun peradaban dunia yang damai, adil, dan beradab.


Sebagai Wakil Ketua DPRD PALI sekaligus Ketua Perhimpunan Gerakan Kebangsaan (PGK) Sumatera Selatan, Firdaus menyampaikan empat komitmen dan point penting dalam memperingati Hari Santri 2025.


Pertama; mendukung penguatan lembaga pesantren sebagai pusat pendidikan keimanan dan keilmuan modern yang tetap berakar pada tradisi keislaman dan kebangsaan. Kedua; mendorong kebijakan daerah agar memberi ruang yang lebih luas bagi pengembangan pesantren—baik dalam pembinaan akhlak, kesejahteraan santri dan guru, hingga penyediaan sarana pendidikan yang memadai.


Ketiga; menghadirkan program pesantren yang adaptif terhadap tantangan zaman seperti kemajuan teknologi, isu lingkungan, dan keragaman sosial, sehingga santri mampu menjadi pelopor solusi dan inovasi di tengah masyarakat.


Serta Keempat; Mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menghormati dan mendukung peran santri sebagai agen perubahan dan perekat bangsa.


“Santri harus hadir di setiap ruang perubahan: membawa ilmu, akhlak, dan keteladanan. Dari pesantren, kita bisa melahirkan generasi pembawa peradaban dunia,” tukasnya.(Sendi)